Kemiskinan di Sulteng Naik, Tapi Ketimpangan Antarpenduduk Turun

Kemiskinan di sulteng
ReferensiA.id

ReferensiA.id- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada Maret 2022, penduduk miskin di Sulawesi Tengah naik dibandingkan September 2021.

Kendati kemiskinan di Sulteng naik, BPS Sulteng mencatat gini ratio ketimpangan antarpenduduk justru mengalami penurunan atau terjadi perbaikan.

Survei BPS Sulteng, pada Maret 2022, penduduk miskin di Sulteng bertambah 7, 14 ribu orang menjadi 389,35 ribu atau 12,33 persen.

Tapi, pada saat yang sama gini ratio Sulteng 0,308 atau turun dibandingkan Maret 2021 yaitu 0,316. Begitu juga jika dibandingkan dengan September 2021 (0,326) atau turun 0,18 poin.

Baca Juga:  Nilai Tukar Petani di Sulteng Naik 0,14 Persen Selama Februari 2023

“Artinya, terjadi perbaikan pemerataan pendapatan pada periode Maret 2021 ke Maret 2022, maupun dari September 2021 ke Maret 2022,” ungkap Ketua Tim Statistik Ketahanan Sosial BPS Sulteng, Jefrie Wahido pada konferensi pers secara virtual, Senin 18 Juli 2022.

Secara teori, jika gini ratio mendekati o maka ketimpangan semakin rendah. Sebaliknya, jika mendekati 1 maka ketimpangan suatu daerah semakin tinggi.

Gini ratio Sulawesi Tengah 0,308 adalah yang terendah di Sulawesi dan masih lebih rendah dari gini ratio Indonesia (0,384).

Baca Juga:  Pengentasan Kemiskinan Tergolong Lambat, Begini Saran Kepala BPKP Sulteng

Adapun gini ratio tertinggi di Provinsi DIY sebesar 0,439, sedangkan terendah di Bangka Belitung terendah yakni 0,236.

“Gini ratio Sulteng pada peringkat ke-6 terendah, setelah sebelumnya pada September 2021 berada pada peringkat ke-14 terendah,” papar Jefrie.

Dia mengemukakan, faktor-faktor yang mempengaruhi ketimpangan pengeluaran penduduk di Sulawesi Tengah pada September 2021-Maret 2022.

Secara umum, kata dia kelompok penduduk terbawah mengalami peningkatan rata-rata pengeluaran per kapita (2,44 persen).

Baca Juga:  DPRD Sulteng Hadiri Rakor Bahas Penanggulangan Kemiskinan

Berbeda dengan kelompok menengah dan teratas yang mengalami penurunan (-3,40 persen dan -5,97 persen).

“Namun demikian seluruh kelompok penduduk di daerah perdesaan mengalami peningkatan pengeluaran per kapita. Hal berbeda terjadi pada seluruh kelompok penduduk di daerah perkotaan yang mengalami penurunan pengeluaran, dengan penurunan tertinggi dialami oleh kelompok menengah,” jelasnya.

Dapatkan Update Berita Terbaru di Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *