Penduduk Miskin di Sulteng Bertambah Saat Ekonomi Tumbuh 2 Digit Selama 2022, Begini Saran Pengamat

Penduduk miskin di sulteng
Pertanian merupakan salah satu sektor usaha yang dianggap dapat mengurangi angka kemiskinan di Sulawesi Tengah. / ReferensiA.id

ReferensiA.id- Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah (Sulteng) sepanjang 2022 mencapai 15,17 persen. Sayangnya, pertumbuhan ekonomi yang dua digit itu tidak serta merta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Bahkan jumlah penduduk miskin di Sulteng bertambah banyak di tengah tingginya pertumbuhan ekonomi daerah.

Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Tengah mencatat perekonomian Sulawesi Tengah 2022 yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp323.617,16 miliar, sementara PDRB per kapita mencapai Rp105,55 juta.

Iklan Percetakan RB

Meningkatnya ekonomi Sulawesi Tengah itu terutama dipengaruhi oleh sisi produksi dari lapangan usaha industri pengolahan, yang mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 29,69 persen.

Alih-alih mampu mengurangi jumlah penduduk miskin, di tengah tingginya pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah jumlah masyarakt miskin malah justru bertambah banyak.

Data BPS menunjukkan Jumlah penduduk miskin pada September 2022 sebesar 389,71 ribu orang, meningkat 8,50 ribu orang dibandingkan kondisi September 2021.

Penduduk miskin sebagian besar berada di perdesaan. Pada September 2022 lalu, jumalah penduduk miskin di pedesaan mencapai 296,77 ribu orang. Sementara di perkotaan jumlah penduduk miskin mencapai 92,93 ribu orang.

Pada September 2022, secara rata-rata rumah tangga miskin di Sulawesi Tengah memiliki 5,11 orang anggota rumah tangga. Dengan demikian, besarnya garis kemiskinan per rumah tangga miskin secara rata-rata adalah sebesar Rp2.847.205 per rumah tangga miskin per bulan.

Masih tingginya jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tengah tersebut disinyalir karena rendahnya serapan tenaga kerja pada industri yang mendongkrak pertumbuhan ekonomi daerah secara signifikan.

Pengamat kebijakan publik Dr Slamet Riyadi Cante menyebut pertumbuhan ekonomi Sulteng yang bahkan di atas rata-rata nasional itu masih didorong sektor industri dan pertambangan. Padahal, jika daerah ingin mengurangi angka kemiskinan, maka sektor pertanian, perkebunan dan kelautan yang perlu digenjot.

Dapatkan Update Berita Terbaru di Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *