FSTN 2024 Mengangkat Warisan Masyhuddin Masyhuda, Sastrawan dari Sulteng

20240913 210726
Diskusi kitik sastra karya Masyhuddin Masyhuda oleh Neni Muhidin dan Nursalim/ ReferensiA.id- Bimaz

ReferensiA.id- Semarak malam puncak Festival Sastra Tadulako Notutura (FSTN) 2024 dengan mengangkat tema ‘Masyhuddin Masyhuda’ diisi berbagai penampilan kesenian, Jumat, 13 September 2024.

Kegiatan FSTN 2024 berlangsung di lapangan mini, Jalan Ranginggamagi, Kelurahan Tawanjuka, Kecamatan Tatanga, Kota Palu.

Malam puncak FSTN 2024 dimeriahkan penampilan pembacaan puisi, tari Nolama oleh Sanggar Tari Polelea Sigi, video dokumenter pengenalan sosok Masyhuddin Masyhuda, sastrawan dari Sulawesi Tengah (Sulteng).

Kegiatan yang berlangsung sejak 27 Juli – 14 September 2024 ini diinisiasi oleh komunitas Seni Lobo. Berbagai agenda digelar seperti bincang seni, kritik sastra, dan penulisan cerita pendek.

Ketua Komunitas Seni Lobo Arifin Badaran yang kerap di sapa Ipin mengungkapkan, kegiatan ini sebagai gerakan inovatif memperkuat peran sastra sebagai alat efektif untuk melestarikan budaya terkhusus pada tema yang diangkat yakni Masyhuddin Masyhuda.

Kegiatan ini merupakan misi Komunitas Seni Lobo dalam mengangkat kembali karya, serta nama besar Masyhuddin Masyhuda yang hampir semua orang tidak lagi mengetahuinya.

“Kita terus mencoba untuk menggali tokoh-tokoh sastra yang ada di Sulawesi Tengah, sehingga ada pengetahuan yang kemudian juga bisa kita pahami bahkan kita banggakan bahwa kita juga punya tokoh sastrawan yang ada di Sulawesi Tengah yang secara karya juga mampu bahkan kuat secara sastra. Maka itu menjadi salah satu landasan kenapa lahirnya Festival Sastra Tadulako Notutura Masyhuddin Masyhuda” jelasnya.

Jamrin Abubakar, selaku pemerhati budaya, dan salah satu orang yang dekat dengan Masyhuddin Masyhuda mengapresiasi inisiasi Komunitas Lobo.

“Dengan adanya kegiatan seperti ini jadi upaya memperkenalkan tokoh-tokoh penyair dan seniman Sulteng. Karena ada banyak penyair yang ada di Sulteng tapi jarang terekspose, selain buku dan karyanya minim dipublikasikan juga,” ujarnya.

Ia mengungkapkan harapanya agar kegiatan (FSTN) Masyhuddin Masyhuda tidak hanya berakhir di kegiatan, namun juga menjadi hal yang berkelanjutan.

“Bahwa nama besar dan karya Masyhuddin Masyhuda harus dilirik pemerintah kota dan harus diapresiasi berbentuk arsip atau buku, menjadi nama jalan, bahkan karyanya di jadikan bahan ajar di sekolah-sekolah,” tegasnya. BIM

Dapatkan Update Berita Terbaru di Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *