Dari area pertambangan, pabrik industri nikel hingga kawasan perkantoran dan perumahan, PT Vale benar-benar menunjukkan bagaimana perseroan tengah berusaha membangun sistem perindustrian yang berkelanjutan. Tidak abai terhadap masa depan lingkungan, sosial budaya, dan ekonomi.
Saat masuk ke kawasan PT Vale di Blok Sorowako, sulit betul menemukan air mineral berkemasan botol plastik. Kebijakan manajemen melarangnya. Plastik seolah jadi musuh di sana. Kebijakan itu untuk mengurangi sampah plastik.
Memang, sampah plastik merupakan salah satu masalah lingkungan. Sebab sampah plastik merupakan salah satu bahan anorganik yang sulit terurai, butuh puluhan bahkan ratusan tahun. Bagi PT Vale, menjaga keberlanjutan perlu dimulai dari hal kecil, salah satunya mengurangi penggunaan plastik.
“Kita tidak ada lagi misi ingin menjadi (perusahaan pertambangan) nomor satu, kita hanya ingin mengimplementasikan keberlanjutan, keberlangsungan kehidupan,” ujar Febriany Eddy dalam sebuah kesempatan di kegiatan Media Visit PT Vale yang berlangsung sejak 2 Agustus hingga 7 Agustus 2022.
Begitu pun di kawasan pabrik yang seharusnya bertebaran debu dan asap saat produksi bijih nikel, justru hampir tidak tampak di kawasan PT Vale. Perseroan telah menggunakan teknologi untuk menangkap emisi debu.
Sebagai gambaran, emisi yang dihasilkan dari proses produksi adalah sulfur dioksida (SO2). Emisi SO2 berpotensi menimbulkan hujan asam yang dihasilkan dari pemakaian minyak bakar (HSFO) pada tanur pereduksi.
Pengendalian emisi SO2 dan partikulat dilakukan oleh PT Vale demi menjaga kualitas udara. Perseroan pun memastikan kadar emisi SO2 dan partikulat dari tahun ke tahun berada di bawah baku mutu yang ditetapkan pemerintah.
