Orang Poso Paham Pentingnya Hidup Rukun dan Damai

IMG 20211224 WA0004
Focus Group Discussion (FGD) membahas masalah terorisme di Kabupaten Poso. / Humas Polda

ReferensiA.id – Tim Divhumas Polri, Mohammad Nur Ahsan S Thi MSi menyebut orang Poso sebagai masyarakat yang memahami arti penting hidup rukun dan damai. Hal itu, kata dia tampak dalam semboyan di Poso yakni Sintuwu Maroso artinya kuat dalam persatuan.

“Meski pernah terjadi konflik dengan beberapa kasus terorisme, Poso kini bangkit dan berkembang cukup pesat,” ungkap Mohammad Nur di Poso, Kamis 23 Desember 2021.

Mohammad Nur menjadi pembicara pada Focus Group Discussion (FGD) membahas masalah terorisme. Diskusi kelompok terarah itu dilaksanakan di Aula Andi Sappa Polres Poso, Sulawesi Tengah, Kamis 23 Desember 2021.

Baca Juga:  Empat Ranperda Usulan DPRD Sulteng Bakal Dibahas Bersama Pemprov

Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu ini mengatakan, pentingnya menghilangkan kecurigan antar sesama, termasuk kepada pemerintah.

Sebab, kata dia tidak jarang, kecurigaan terhadap sesama menjadi pintu masuk oleh oknum tertentu menyebarkan radikalisme dan terorisme.

Menurutnya, prasangka buruk adalah hal yang dilarang oleh ajaran agama. Dari perspektif Islam, suudzon hanya melahirkan dampak negatif bagi pribadi maupun masyarakat.

Baca Juga:  Air Terjun Saluopa, Surga Alam di Kabupaten Poso

Oleh karena itu dia berharap adanya kolaborasi atau sinergitas antara pemerintah, tokoh masyarakat, tokoh agama dan lapisan masyarakat.

Kolaborasi penting untuk mencegah paham radikalisme, terorisme dan intoleransi di Bumi Sintuwu Maroso ini.

FGD di Polres Poso dihadiri tim kontra radikal program prioritas Kapolri dari Divhumas Polri dipimpin Kombes Pol Slamet Widodo SIK yang Kabag Prodduk Biro PID Divhumas Polri.

Baca Juga:  Mantan Napiter Ini Pilih Jadi Petani dan Dukung Program Pemerintah

“Sikap atau paham radikalisme dan terorisme hendaknya tidak dikaitkan pada suatu agama tertentu,” jelas Kombes Pol. Slamet Widodo membacakan sambutan Kadivhumas Polri.

Dia mengatakan, pemberantasan radikalisme, terorisme dan komunisme adalah masalah yang kompleks. Kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat bukan saja mempersulit pemberantasan terorisme. Tetapi juga akan memberikan ruang hidup bagi para teroris.

Dapatkan Update Berita Terbaru di Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *