“Kenapa lama baru dilaporkan? Karena korban membutuhkan waktu untuk mengumpulkan kekuatan dan mencari solidaritas untuk pendampingan,” katanya.
Menurut Jaringan Advokasi untuk Perempuan, korban “predator seks” oleh oknum politisi itu bukan cuma satu orang, diduga ada korban lain.
“Sebenarnya korbannya bukan hanya satu, ada indikasi korbannya ada beberapa,” ungkap Fitri.
Kata dia, diduga ada korban lain yang juga masih merupakan anggota organisasi yang sama dengan korban D.
“Karena korban mendapat informasi bukan hanya dia pacarnya. Makanya dia speak up jangan sampai ada lagi perempuan jadi korban,” sebutnya.
Dia mengatakan setidaknya ada 5 orang korban yang terindikasi, termasuk D korban yang telah melaporkan kasus itu ke Polda Sulteng.
Jaringan Advokasi untuk Perempuan pun mendesak agar pihak kepolisian yang menangani kasus itu mengawal serius dan transparan.
“Korban speak up (angkat bicara) itu bukan hal mudah, kita berfungsi untuk melindungi. Dia speak up supaya yang lain juga terungkap,” tandasnya.
Terkait kasus itu, pihak kepolisian yang dikonfirmasi membenarkan adanya laporan yang masuk terkait kasus kekerasan seksual dan aborsi.
“Baru dilapor kemarin sore, laporan polisinya hari ini baru masuk di Ditreskrimum, akan dipelajari dulu dan menyiapkan tata naskahnya,” ungkap Kasubbid Penmas Bidhumas Polda Sulteng Kompol Sugeng Lestari saat dikonfirmasi ReferensiA.id, Kamis 25 Agustus 2022.
Namun terkait oknum yang disebut-sebut sebagai salah satu petinggi partai, Kompol Sugeng menyebut di dalam laporan tidak disebutkan bahwa terlapor merupakan salah satu pengurus partai.
“Kami tidak tahu apakah terlapor pengurus salah satu partai karena dalam laporan tidak disebutkan hal tersebut, pelapor atas nama D (26) warga Tolitoli, terlapor atas nama IS,” jelasnya. RED