ReferensiA.id- Pernyataan Wakil Ketua Umum (Waketum) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Nasdem Ahmad Ali, yang menyoroti kondisi ekonomi Sulawesi Tengah (Sulteng) jadi perhatian.
Dalam keterangannya baru-baru ini, Ahmad Ali menyebut pertumbuhan ekonomi Sulteng yang tinggi, justru tidak diiringi dengan penurunan angka kemiskinan yang signifikan.
“Sulawesi Tengah adalah daerah yang sangat potensial, kaya. Tapi sayang dalam proses pembangunan yang terjadi selama ini, capaian yang selalu didengung-dengungkan oleh pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah, seperti pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua secara nasional, sayang sekali tidak berbanding lurus dengan penurunan angka kemiskinan. Yang terjadi adalah kenaikan pertumbuhan yang berbanding sejajar dengan kemiskinan. Artinya, ada anomali dalam pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah,” katanya.
Ia pun menyoroti ketimpangan ekonomi yang terjadi di Sulawesi Tengah. Sebab, meskipun mencatat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, angka kemiskinan justru tidak mengalami penurunan yang berarti.
Benarkah di tengah tingginya pertumbuhan ekonomi Sulteng, namun tidak dibarengi dengan penurunan angka kemiskinan masyarakatnya?
ReferensiA.id menghimpun data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Tengah. Berdasarkan data yang dirilis oleh BPS, ekonomi Sulawesi Tengah pada triwulan I 2024 terhadap triwulan I 2023 mengalami pertumbuhan sebesar 10,49 persen (y-on-y).
Sementara ekonomi Sulawesi Tengah triwulan I 2024 terhadap triwulan sebelumnya mengalami konstraksi sebesar 4,65 persen (q-to-q).
Adapun ekonomi Sulawesi Tengah pada 2023 tumbuh sebesar 11,91 persen. Dari sisi produksi, lapangan usaha industri pengolahan mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 25,53 persen. Dari sisi pengeluaran, komponen ekspor barang dan jasa mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 18,92 persen.
Lalu bagaimana dengan angka kemiskinan? Data terakhir yang dikeluarkan BPS mencatat persentase penduduk miskin pada Maret 2023 sebesar 12,41 persen, meningkat sebesar 0,11 persen poin terhadap September 2022, dan meningkat 0,08 persen poin terhadap Maret 2022.
Adapun jumlah penduduk miskin pada Maret 2023 sebesar 395,66 ribu orang, meningkat sebesar 5,95 ribu orang dibandingkan dengan kondisi September 2022, dan meningkat 7,31 ribu orang dibandingkan kondisi Maret 2022.
Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2022 sebesar 9,13 persen, turun menjadi 8,90 persen pada Maret 2023.
Sementara persentase penduduk miskin di daerah perdesaan pada September 2022 sebesar 13,79 persen, naik menjadi 14,09 persen pada Maret 2023.
Dibanding September 2022, jumlah penduduk miskin pada Maret 2023 di daerah perkotaan turun sebanyak 0,82 ribu orang (dari 92,93 ribu orang pada September 2022 menjadi 92,11 ribu orang pada Maret 2023).
Sementara itu, pada periode yang sama jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan naik sebanyak 6,78 ribu orang (dari 296,77 ribu orang pada September 2022 menjadi 303,55 ribu orang pada Maret 2023).
Garis kemiskinan pada Maret 2023 tercatat sebesar Rp568.248,-/kapita/bulan dengan komposisi garis kemiskinan makanan sebesar Rp429.099,- (75,51 persen), dan garis kemiskinan bukan makanan sebesar Rp. 139.149,- (24,49 persen).
Pada Maret 2023, secara rata-rata rumah tangga miskin di Sulawesi Tengah memiliki 5,54 orang anggota rumah tangga. Dengan demikian, besarnya garis kemiskinan per rumah tangga miskin secara rata-rata adalah sebesar Rp3.148.094,-/rumah tangga miskin/bulan.
Untuk diketahui, dalam waktu dekat ini BPS bakal kembali merilis data terbaru terkait kemiskinan di Sulawesi Tengah. RED