ReferensiA.id- Meningkatnya jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tengah diindikasikan karena laju inflasi yang cukup tinggi. Hal itu diutarakan oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Tengah (BI Sulteng) Dwiyanto Cahyo Sumirat.
Meskipun pertumbuhan ekonomi Sulteng terbilang tinggi selama 2022, namun jumlah penduduk miskin juga bertambah. Salah satu faktornya, karena pertumbuhan ekonomi di Sulteng sebagian besar masih ditopang oleh sektor industri pengolahan dan pertambangan, yang hanya menyerap sebagian kecil tenaga kerja.
Sementara sektor yang banyak menyerap pekerja semisal pertanian, hanya memberikan kontribusi 0,18 persen (triwulan IV 2022) pada pertumbuhan ekonomi daerah yang sedang menggenjot investasi itu.
Pertumbuhan ekonomi Sulteng pada 2022 mencapai 15,17 persen. Tetapi jumlah penduduk miskin juga bertambah 1,36 ribu orang menjadi 389,71 ribu orang.
“Secara struktur ekonomi, Sulteng didominasi oleh industri pengolahan sebesar 40,06 persen, diikuti oleh sektor pertambangan 15,57 persen, dan sektor pertanian 15,35 persen,” ungkap Kepala BI Sulteng Dwiyanto Cahyo Sumirat menjawab pertanyaan ReferensiA.id, Senin 20 Februari 2023.
Dia mencontohkan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah pada triwulan IV 2022, di mana pertumbuhan ekonomi daerah tersebut bersumber sebagian besar dari indsutri pengolahan (11,76 persen) sedangkan sektor pertanian hanya berkontribusi 0,18 persen.
“Dari sisi lapangan kerja, secara kualifikasi pendidikan tenaga kerja Sulteng masih rendah. Sebanyak 79,58 persen penduduk bekerja hanya menamatkan pendidikan SMA ke bawah (41,78 persen SD, 16,57 petsen SMP dan 21,23 persen SMA),” jelasnya.
Sementara sebagian besar (43,47 persen) penduduk bekerja di Sulteng bekerja di sektor pertanian, sedangkan hanya 8,40 persen yang bekerja di industri pengolahan.