Festival Tunas Bahasa Ibu 2023 Sulteng Jadi Ajang “Merawat” Bahasa Daerah Agar Tak Punah

Festival Tunas Bahasa Ibu 2023
Peserta FTBI 2023. / ReferensiA.id

ReferensiA.id- Festival Tunas Bahasa Ibu 2023 (FTBI 2023) Provinsi Sulawesi Tengah mulai digelar pada Senin, 13 November 2023. Kegiatan itu bakal berlangsung hingga 15 November 2023.

Menurut Kepala Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) Arsrif, FTBI merupakan momentum untuk merayakan bahasa daerah, sekaligus upaya untuk “merawat” bahasa daerah agar terhindar dari kepunahan.

Kegiatan yang berlangsung di Hotel Best Western Plus Coco Palu itu merupakan festival bagi siswa sekolah dasar dan sekolah menengah pertama tingkat Provinsi Sulawesi Tengah.

Baca Juga:  Balai Bahasa Sulteng Upayakan Kosakata Bahasa Banggai dan Pamona Perkaya KBBI

Para peserta akan mengikuti lomba mendongeng, pidato, tembang tradisi, penulisan dan pembacaan puisi, penulisan dan pembacaan cerpen, dan komedi tunggal, yang semuanya menggunakan bahasa daerah.

“Sebelumnya festival tunas bahasa sudah digelar di kabupaten yang ada di Sulteng. Jadi ini merupakan puncak dari rangkaian itu. Yang terbaik nantinya akan mewakili Sulteng untuk bertemu dengan peserta dari Seluruh Indonesia pada 2024,” ujar Asrif pada pembukaan FTBI 2023, Senin 13 November 2023 petang.

Baca Juga:  Begini Upaya Balai Bahasa Sulteng Cegah Kepunahan Bahasa Daerah di Donggala

“Program ini tidak untuk lomba, tapi pembiasaan bahasa daerah lewat festival,” katanya.

Dia bilang, kali ini FTBI di Sulteng hanya diikuti oleh 5 kabupaten/kota (Palu, Donggala, Poso, Banggai dan Banggai Kepulauan) dengan 4 bahasa daerah utama.

Hal itu tidak lepas dari adanya indikasi empat bahasa daerah di Sulteng yang mengalami kemunduran, yakni bahasa Kaili, Pamona, Banggai dan bahasa Saluan.

Bukan hanya mengalami kemunduran, bahkan beberapa bahasa di Sulteng terancam punah.

Baca Juga:  Lestarikan Bahasa Daerah, Balai Bahasa Sulteng Gelar Pelatihan Guru Utama di Kota Palu

Bahasa Kaili yang berada di Kota Palu, merupakan bahasa dengan jumlah masyarakat pemilik tertinggi di Sulawesi Tengah justru berada dalam status terancam punah.

Di Kota Palu, banyak anak muda tidak menguasai bahasa Kaili. Selain itu, para pemuda tidak bersikap positif terhadap bahasa daerah mereka.

Dapatkan Update Berita Terbaru di Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *