ReferensiA.id – Kepala Pusat Studi Kebencanaan Universitas Hasanuddin, Prof Dr Eng Adi Maulana menekankan pentingnya tiga pilar utama dalam membangun sekolah tangguh bencana.
Ketiganya adalah fasilitas sekolah aman, manajemen bencana di sekolah, serta pendidikan pencegahan dan pengurangan risiko bencana.
Prof Adi mengemukakan itu saat menjadi pembicara pada webinar hybrid di Malili, Luwu Timur, Sulsel, Selasa, 21 Desember 2021. Webinar mengangkat tema Mitigasi & Kesiagaan Bencana.
Prof Adi membawakan materi implementasi Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) di hadapan kurang lebih 650 peserta.
Peserta webinar adalah siswa SMP YPS Singkole dan siswa dari wilayah kabupaten Luwu Timur, serta guru. Selain itu, hadir pula potensi SAR Luwu Timur, para relawan bencana, aparat Pemerintah Kabupaten Luwu Timur, dan masyarakat.
PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) selaku pelaksana kegiatan webinar bekerja sama dengan Yayasan Pendidikan Sorowako (YPS). Serta Pemerintah Kabupaten Luwu Timur, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Luwu Timur.
Pada kesempatan itu, Prof Adi juga menyampaikan beberapa cara mengurangi risiko bencana. Yakni memahami dinamika potensi bahaya dan ancaman fenomena alam.
Selanjutnya, kata dia memperkecil kerentanan yang ada di masyarakat. Serta menguatkan kapasitas masyarakat dalam melakukan mitigasi dan kesiagaan bencana untuk mengurangi risiko bencana.
Semua Komponen Perlu Dibekali Pengetahuan
Senada dengan Prof Adi, Ketua Yayasan Pendidikan Sorowako (YPS) Agus Sampurno menuturkan sekolah perlu mengembangkan dan membangun sistem tangguh bencana. Sehingga, kata dia ketika bencana datang, tidak terjadi kepanikan yang tidak perlu.
Menurutnnya, semua komponen dari guru sampai siswa, kepala sekolah sampai tata usaha, dan orang tua pun perlu dibekali pengetahuan dan metode.