ReferensiA.id – Sejak 23 Oktober 2021 telah terjadi serangkaian gempabumi di daerah Banyubiru, Ambarawa, Salatiga dan sekitarnya.
Berdasarkan data BMKG, hingga tanggal 28 Oktober 2021 telah tercatat 39 gempa dengan magnitudo 2,1-3,5 dan kedalaman rata-rata kurang dari 10 km.
Aktivitas gempabumi kembali terjadi pada tanggal 4 November 2021 pukul 05.01.08 WIB magnitudo M2,9 dan pukul 05.17.46 WIB dengan magnitudo M2,6 serta tanggal 5 November 2021 pukul 09.00.53 WIB magnitudo M3,0.
Total aktivitas gempa yang terjadi sejak 23 Oktober hingga 5 November 2021 sebanyak 42 kali.
Meskipun magnitudonya relatif kecil, namun karena kedalamannya yang cukup dangkal, sehingga guncangan dari beberapa gempa tersebut dirasakan oleh masyarakat dalam skala intensitas II-III MMI, begitu analisis yang ditulis Pepen Supendi, dkk dan telah dipublikasikan di laman resmi BMKG.
Lebih lanjut dijelaskan, berdasarkan sebaran episenter dan hiposenternya, gempabumi yang terjadi di daerah Banyubiru, Ambarawa, Salatiga dan sekitarnya ini kemungkinan disebabkan oleh aktivitas sesar (tektonik) yang diinterpretasikan sebagai sesar aktif “baru”.
“Interpretasi kami terkait aktivitas sesar sebagai penyebab gempa ini diperkuat oleh rekaman gelombang gempabumi (seismogram) yang tercatat di stasiun-stasiun seismik BMKG menunjukkan kehadiran gelombang S yang cukup jelas dan kuat,”.
Rentetan aktivitas gempabumi yang terjadi di Banyubiru, Ambarawa, Salatiga dan sekitarnya ini jika ditinjau dari sebaran temporal magnitudonya sudah dapat dikategorikan sebagai aktivitas gempa swarm, yaitu gempabumi yang terjadi secara terus menerus dengan magnitudo yang relatif kecil tanpa adanya gempa utama.
Gempabumi swarm biasanya terjadi pada area gunungapi yang berkaitan dengan transportasi fluida, intrusi magma, atau migrasi magma yang menyebabkan terjadinya deformasi batuan di bawah permukaan zona gunungapi.