Morowali di Bawah Ancaman Tailing Industri Nikel

Morowali

“Penempatan tailing di Fasilitas Penyimpanan Tailing seperti di IMIP berisiko terhadap bencana, baik karena curah hujan tinggi yang memicu banjir seperti 16 Maret dan longsor seperti 21 Maret yang menewaskan 3 pekerja,” ungkap Direktur Pelaksana Yayasan Tanah Merdeka.

Penempatan tailing di Fasilitas Penyimpanan Tailing seperti di IMIP juga berisiko longsor karena kawasan itu merupakan daerah rawan gempa bumi. IMIP terletak di Sesar Matano, sesar aktif yang terhubung dengan Sesar Palu-Koro.

PT IMIP menjadi sentra produksi nikel dengan teknologi Pelindian Asam Bertekanan Tinggi (High Pressure Acid Leaching – HPAL) untuk menghasilkan Mixed Hydroxide Precipitate (MHP).

Baca Juga:  Kemendagri Setuju 2 Kecamatan Baru di Sulawesi Tengah, Sambori Kepulauan dan Toili Jaya

MHP adalah bahan baku untuk pembuatan baterai litium-ion untuk kendaraan listrik, barang-barang elektronik, alat penyimpanan listrik, dan aplikasi peralatan militer.

Saat ini, di IMIP beroperasi PT Huayue Nickel Cobalt dengan kapasitas produksi 60.000 ton MHP/tahun dan PT QMB New Energy Materials dengan kapasitas produksi 55.000 ton MHP/tahun.

Pada tahun 2026, total kapasitas produksi MHP di IMIP diperkirakan akan mencapai 407.000 ton. Perkiraan ini berdasarkan proyek-proyek baru HPAL yang sedang dibangun dan segera beroperasi pada tahun 2025 dan 2026.

Baca Juga:  Perahu Cepat Ditumpangi Rombongan Bupati Morowali Terbalik Saat Pulang dari Pulau Paku

Diperkirakan setiap ton logam nikel yang diproduksi dengan teknologi HPAL akan menghasilkan 100 ton tailing. Saat ini, setiap tahun total tailing yang dihasilkan PT Huayue Nickel Cobalt dan PT QMB New Energy Materials mencapai 11,5 juta ton.

Menyusul proyek-proyek HPAL baru yang akan beroperasi pada tahun ini dan tahun depan, maka volume tailing yang dihasilkan akan mencapai sekitar 47 juta ton pada tahun 2026.

Baca Juga:  PT GNI Tidak Kooperatif, Kadis Nakertrans: Kami Tidak Bisa Masuk Terlalu Ketat

“Tailing merupakan limbah beracun yang merupakan produk sampingan (by products) dari proses pengolahan bijih nikel kadar rendah (limonite) dengan teknologi HPAL untuk menghasilkan MHP. Tailing mengandung beberapa jenis logam dalam jumlah kecil yang tertinggal dan di antaranya mengandung racun. Tailing juga mengandung bahan-bahan kimia berbahaya yang digunakan dalam proses HPAL seperti asam sulfat yang bersifat korosif dan beracun,” tegasnya.

Dapatkan Update Berita Terbaru di Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *