Menurut Irwan Waris, kehadiran para Tenaga Ahli tersebut seharusnya tidak perlu dipersoalkan selama mereka memang dibutuhkan oleh Gubernur Sulteng untuk membantu menjalankan tugas-tugasnya.
“Saya kira Pak Gubernur ingin sukses, makanya dibutuhkan bantuan 12 orang Tenaga Ahli itu. Yang kita tidak mau, Tenaga Ahli jangan muncul cuma numpang hidup. Jangan hanya karena balas jasa karena ikut kampanye. Tapi kalau kompeten, tidak masalah,” katanya.
Sejauh 12 orang Tenaga Ahli tersebut dapat memberikan sumbangsih dalam membantu Gubernur Sulteng menjalankan visi misinya, kata pengamat yang juga akademisi itu, tidak perlu dipermasalahkan. Termasuk soal gaji yang bersumber dari anggaran daerah.
“Tidak usah kita masalahkan salary-nya, selama mereka bisa menghasilkan sesuatu (kinerja) yang besar juga,” ujarnya.
Meski begitu, Irwan Waris juga memberi masukan terkait tugas-tugas yang selama ini diberikan oleh Gubernur Sulteng kepada para Tenaga Ahli. Salah satunya soal Tenaga Ahli yang lebih sering muncul di permukaan saat menyampaikan sesuatu kepada publik.
Menurutnya, Gubernur perlu menunjuk juru bicara (jubir) khusus ketimbang harus menugaskan Tenaga Ahli dalam menyampaikan informasi dan apapun kepada publik.
Hal itu untuk menghindari perbedaan penyampaian yang bisa terjadi jika setiap Tenaga Ahli Gubernur Sulteng diberi keleluasaan untuk menyampaikan informasi publik.
“Tenaga Ahli memang ditugasi oleh Gubernur, Tenaga Ahli boleh bicara karena pasti diberi izin. Tapi baiknya Gubernur memang punya juru bicara, untuk mengurangi selip bicara di masyarakat harus ada jubir,” jelasnya. RED